ADAT DAN BUDAYA BETAWI
Saya lahir dari
keluarga Betawi dan sejak kecil tinggal di lingkungan Betawi yang cukup kental
akar kebudayaannya , yakni di Gang Kingkit, Pecenongan, Jakarta Pusat. Saya
cukup mengerti dan masih mengingat seperti apa wajah Jakarta dulunya, lengkap
dengan trem serta pasar gambirnya.
Jakarta di era
tahun 70 an kebawah tidaklah seluas Jakarta sekarang, Jakarta dahulu indentik
dengan Batavia, baik dari luas wilayah maupun kebudayaannya. Dengan perkembangan
Jakarta sekarang, sebagai anak yang dilahirkan dan dibesarkan di Betawi menurut
saya Betawi adalah Batavia dan Jakarta adalah Jakarta sebagai kota
Megapolitannya.
Dahulu ada
istilah Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Di Betawi Tengah sendiri terdapat
beberapa dialek yang berbeda, seperti misalnya di daerah Pecenongan dan
Kemayoran dengan Tanah Abang dan Matraman, huruf vocal “e” akan diucapkan
berbeda, untuk daerah Pecenongan dan Kemayoran huruf tersebut akan berbunyi “é”, sedangkan di Tanah Abang dan Matraman huruf tersebut berbunyi “ê”, selain
bahasa Jun dan jee nya.
Untuk Betawi
Pinggir, tidak ada perubahan vocal “a” ke vocal “e”, misalnya “kenapa” dibaca
“kenapah”, vocal “a” nya bahkan dibaca lebih tandas atau istilah orang Betawi
Tengah menyebutnya sebagai “medok”.
Dalam Acara
perkawinanpun demikian, tidak semua Betawi menyerahkan Roti Buaya sebagai khas antaran
teman mas kawin, umumnya antaran berupa roti buaya menurut seingat saya
terbatas hanya untuk wilayah Kemayoran dan sekitarnya. Kalau orang Kemayoran
membawa seserahan pasti membawa roti buaya.
Untuk kesenian,
yang menjadi Budaya Betawi pada waktu itu adalah Gambang Keromong, Cokek (lebih
cenderung kepada Cina peranakan), Samrah, Lenong dan Tanjidor, keroncong dan
Musik Irama Melayu (bukan dangdut). Sedangkan tari Topeng, banggreng dan
beberapa lainnya lebih dikenal di daerah pinggiran. Rebana Biang lebih banyak
dikenal di daerah Rawa Belong.
Di sepanjang
kali Ciliwung (Gang Kingkit berbatasan dengan Jl. Ir. H. Juanda/dahulu
Nusantara), waktu masih kecil saya masih ingat kadang menyaksikan orang lomba
perahu dan menyalakan lampion untuk dihanyutkan di kali, menurut sebahagian
orang (kalau gak salah ingat) acara itu disebut Pehcun ada acara Barongsai juga
yang kemudian setelah tahun 1966 acara tersebut gak pernah saya lihat lagi,
padahal kerinduan akan pesta tersebut masih terasa di hati saya dan
meninggalkan kenangan waktu kecil yang indah.
Kebudayaan
memang banyak berubah, yang dahulu bukan budaya atau kesenian Betawi, sekarang
malah diakui sebagai budaya Betawi, tetapi itu tidak mengapa karena adat
istiadat dapat saja berubah.
Yang menjadi
kekhawatiran saya adalah pandangan yang salah mengenai masyarakat Betawi,
terutama di dalam sopan santun pergaulan, karena di dalam beberapa sinetron,
seolah olah pembicaraan sudah mewakili bahwa begitulah percakapan di lingkungan
Betawi, nah ini yang rancu menurut saya. Sebahagian orang beranggapan bahwa
cukup mengganti vocal “a” dibelakang dengan huruf “é” dan berkata lu dan gue serta aye sudah memenuhi syarat menjadi bahasa
Betawi.
Gak gampang bro,
anak di Betawi dahulu gak mungkin ngomong ke orang tuanya dengan membahasakan
diri “aye”, melainkan dengan menyebut namanya sendiri. Misalnya seorang anak
bernama Rodiah mau meminta izin kepada Ibunya untuk pergi mengaji, dia akan
berkata, “Nyak, Rodie berangkat ngaji dulu ye”.
Adab berbahasa
di Betawi dulu umumnya sebagai berikut:
1.
Kepada kedua
orang tua, atau tingkatan tua tidak menggunakan kata “aye” untuk menyebut diri,
melainkan menyebut nama.
2.
Kata “aye”
atau “saye” digunakan kepada Saudara sendiri atau kerabat yang setingkatan dan
dihormati.
3.
Kata Gue dan
elu hanya digunakan kepada teman teman yang dekat dan akrab.
4.
Kata Ane dan
Ente digunakan karena kurang begitu dekatnya hubungan, atau hubungan itu dekat
tetapi menghormati lawan bicaranya.
Sebahagian
percakapan betawi di dalam sinetron, apabila disimak malah membuat malu kami
anak betawi, karena terlihat begitu noraknya baik bahasa maupun adat
istiadatnya. Bahasa yang enak di dengar adalah Sinetron Para Pencari Tuhan,
bahasa betawi yang dikeluarkan wajar dan seperti mengalir begitu saja, begitu
juga dalam si Doel anak betawi. Hanya dalam si Doel sebenarnya terdapat 3 logat
yang berbeda, dalam keluarga si Doel. Bahasa yang digunakan Mandra sebenarnya
tidak cocok dipadankan dengan Bahasa yang digunakan oleh Aminah Cendrakasih.
Dalam hal ini peran Mandra sebagai adik Aminah Cendrakasih saya nilai kurang
cocok.
Saya menulis ini
sebenarnya hanya untuk menghilangkan uneg uneg saya mumpung ada kesempatan
punya blog, mudah mudahan anda tidak tersinggung dengan sikap saya dan dapat
memaafkan kesalahan saya yang Cuma ingin sekedar menyatakan bahwa kami betawi
juga punya adat istiadat yang halus, bukan sekedar ber “elu”, “gue” aje.
Wassalam,
9 komentar:
ane anak tukang kayu juanda 1B (d/h jl nusantara 1B Jakarta Pusat) disamping bengkel DKA, ane kelahiran th 1957 karena dekat dengan gg kingkit 2, ane kenal om karubun (orang maluku) anaknya roni, carol terus ada si dano, kundang, ujang manta, iping, miswar, warung kelontong si meme, yen pu yang pinter main layangan. tetangga ane ada pak marzuki, asikin, pak jenggot (somi) dll. dibelakang hotel royal ada si jonathan. di jl juanda pada saat saya masih kecil ada toko comemo, pt tato, toko sepatu hana, toko ataka, night club bamboden, cleopatra, di pintu air 2 ada toko kaca sinar.
di jalan pintu air 2 juga ada toko rotan, sekolah bethani (sekarang kelihatannya masih ada), dulu ada gita karya. ane juga sering nonton di bioskop satria, bioskop capitol.
Bapak ane almarhum adalah salah satu murid dari Mualim Shohibi sekitar tahun 1950an, buku-buku waktu beliau berguru masih ane simpan ada di rumah.
pade anonim semuanye,,,nape ma sodare gk pd ngenalin diri. Nih kenalin ane Husni, dari kamp jembatan.Nih no.hp ane:
081317018578
085780913330.
saya murid ustad muhammad yusuf dari cikarang,ustad yusuf murid ustad abdul halim,ustad abdul halim murid ustad mualim sohibi,terus terang sampai sekarang belum ketemu yang lebih baik dari apa yang di ajarkan di majlis arrahman ..baik itu persis dan salafiah...majlis arrahman penuh dengan barokah dari allah...kalo ta"at kalo kaga ..langsung di tegur sama allah...saya sain dari pilar cikarang ,sekarang ada di lemahabang..arrahman always.
Klo boleh tau name nye siape
Ente msh bisa dtg ke masjid Ar Rahman d gg kingkit 9
Sdh lama gak kesana lagi, sekarang saya gantiin alm ust. Arnadi, membimbing teman2 di pd jaya, ttg pelajaran mualim sohibi. Tks sdh mampir.
WhatsApp 087788977776 untuk menambah silaturrahmi,Alm.Babeh ane pun pernah mengaji di langgar tinggi
Posting Komentar