Minggu, 03 Juni 2012


LANGGAR TINGGI PECENONGAN


Salah satu mesjid yang sebenarnya dan seharusnya memiliki nilai Historis yang cukup tinggi di Jakarta adalah Mesjid Ar Rahman yang terletak di Gg. Kingkit  IX no. 11, Pecenongan. Sebelumnya Mesjid tersebut lebih dikenal orang dengan panggilan Langgar Tinggi.

Nama Langgar Tinggi dikenal orang hingga  masa kepemimpinan Mualim Shohibi, karena pada waktu berada di bawah kepemimpinan beliau nama tersebut berubah menjadi Mesjid Ar-Rohman.

Sebagai sisa tutur menutur di kalangan orang tua yang merupakan santri Ar Rohman yang pada waktu itu masih ada, termasuk kedua orang tua saya yang merupakan anak murid langsung dari Mualim Shohibi.  Berita mana sering kami dengar sejak kecil hingga dewasa tentang Berdirinya Surau Langgar Tinggi, di Gang Kingkit, Pecenongan, umumnya kami dengar atau dapat kisah sebagai berikut :

Masjid Ar Rahman didirikan pada abad 12 H/awal abad 17 M/ tahun 1688 oleh R. Fadli anak Jafar Sidiq pada waktu Mataram menyerang Batavia/Banten lama yang atas titah ayahandanya  untuk membantu pamannya, yaitu  Saudara mamaknya  Kanjeng Sunan Gunung Jati  yang  pada waktu itu mempunyai saudara misan syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati juga, yang anaknya namanya Falatehan/Fatahillah anak Sunan Gunung Jati yang bergelar sama.

Peperangan di Batavia mengalami kekalahan dan tentara Mataram kembali ke tanah Mataram, tetapi R. Fadli atas titah ayahnya menetap di Batavia, Kampung Pecenongan. Beliau  membuat sebuah surau yang kemudian dikenal sebagai Langgar Tinggi dan perkampungan tersebut juga dikenal sebagai Kampung Langgar Tinggi.

Langgar Tinggi dikenal orang hingga tahun 50 an, karena pada sekitar tahun 50 an pada waktu kepemimpinan Mualim Shohibi Langgar tinggi berganti nama menjadi Masjid Ar Rahman, sementara fisiknyapun ikut berubah sesuai perkembangan Zaman.

Raden Fadli beserta anak keturunanannya tinggal di kampung Pecenongan atau pada saat ini dikenal sebagai Gg Kingkit, hingga saat ini masih banyak garis keturunan beliau yang menetap disana, begitupun Mesjid Ar-Rohman masih berdiri dan masih merupakan pusat pengajaran igama islam bagi kaumnya.

Selain Fadli yang tidak kembali ke Mataram juga diriwayatkan bahwa Raden Kuningan juga tidak kembali ke Mataram dan menetap di dekat Batavia yaitu tempat yang sekarang menjadi Jalan Kuningan. Namun hal ini kami tidak dengar riwayatnya diceriterakan lebih lanjut.

Adapun susunan Pengurus dan Pemelihara Mesjid Ar Rahman sejak awal berdirinya sesuai Maklumat adalah sbb.

1.        Guru Sjafian bin Usman bin Fadli
Keadaan Mesjid : Pagar bilik, tiang kayu, atap genteng dan tinggi bertingkat (keadaan rumah panggung betawi)

2.        Guru Sjafirin ( Guru Tjit) bin Usman bin Fadli
Keadaan Mesjid : Pagar bilik, tiang kayu, atap genteng dan tinggi bertingkat (keadaan rumah panggung betawi)


3.        Guru Moh. Bakir bin Guru Sjafian bin Usman bin Fadli
Keadaan Mesjid : Pagar bilik, tiang kayu, atap genteng dan direndahkan (pagar rumah betawi tidak panggung)

4.        Guru Mualim Shohibi bin Sanhir bin Sjafiun bin Usman bin Fadli
Meneruskan dan Pemeliharaan mesid sejak tahun 1905 M/thn. 1324 H.
Keadaan Mesjid  pada th. 1951 M/1370 H, dinding Mesjid diperbaiki menjadi seperempat bagian dinding tembok batu dan tiga perempat bagian dinding papan.
Pada hari Minggu Legi, tanggal 5 Januari 1964 M/18 Syaban 1383 H, mesjid diperbaiki kembali, dinding menjadi tembok batu, plafond eternit dan atap genteng seluruh perbaikan tersebut dilakukan oleh murid murid Mualim Shohibi.

5.        Abd.  Hamid bin Abd. Manaf (Cucu Mantu Mualim Shohibi)
Meneruskan dan Pemeliharaan mesid mulai  tanggal 31 Mei 1966 M/11 Syafar  1386 H. atas perkenan Mualim Shohibi.

6.        Guru Arnadi bin Mukti (dari Amenin binti A. Beramka bin Tjit Safirin)
Beliau lahir pada tanggal 27 April 1943 dan wafat pada tanggal 29 Oktober 2011.
Meneruskan dan Pemeliharaan mesid mulai  tanggal 11 Juni 1999 M/16 Syafar  1420 H. dibantu oleh para jamaah Majelis Ar Rahman, hal ini merupakan hasil musyawarah Jamaah Ar Rahman Pecenongan Jakarta Pusat yang musyawarah pada waktu itu juga saya hadiri sebagai perwakilan Ar Rahman Padepokan Pondok Jaya, Bintaro.

Ada beberapa nama yang hingga saat ini masih menjadi kebanggan Langgar Tinggi (Ar-Rohman) seperti misalnya Safirin bin Usman atau lebih dikenal sebagai Guru Tjit dan Muhammad  Bakir yang namanya tercatat baik di luar maupun di dalam negeri sebagai sastrawan yang menerbitkan beberapa buku buku Hikayat, seperti Hikayat Maharaja Garebag jagat (Garubug jadi Raja), hikayat Nakhoda Mas, Hikayat Merpati Perak dan Merpati mas serta Kitab Pakem (Pewayangan).

Sebahagian buku buku Guru Tjit dan Muhammad Bakir yang berupa hikayat hikayat disewakan kepada umum, kemudian ada yang dibacakan di depan para hadirin berdasarkan panggilan oleh Ahmad Beramka di bumbui oleh percakapan percakapan lucu dan senda gurau yang menarik hati para pendengarnya. Perpustakaan ini adalah perpustakaan keluarga, karena Muhammad Bakir adalah keponakan dari Guru Tjit. Ayah Muhammad Bakir adalah Syafian, kakak Guru Tjit.

Selain tulisan hikayat, keduanya juga ada menulis beberapa kitab yang merupakan pelajaran tentang keimanan kepada Allah Taala dan kitab Ketauhidan seperti Aspaul Goib (obat lenyap) tulisan Cit Syafirin yang hingga saat ini masih digunakan oleh penerus beliau sebagai dasar mengajar di lingkungan mesjid Ar Rohman (Langgar Tinggi) di Gang kingkit, Pecenongan.

Tulisan yang dipergunakan adalah tulisan Arab Melayu yang oleh pelajar sering disebut juga sebagai tulisan Arab gundul. Apabila diperhatikan dengan seksama, gaya penulisan keduanya sebenarnya memiliki gaya yang berbeda. Tulisan Guru Tjit, lebih cenderung kepada Bahasa Melayu kuno (Melayu Tinggi) yang bercampur bahasa Jawa dan lebih banyak menulis tentang pewayangan (contoh kitab Pakem). Isi penulisanpun lebih serius, tanpa humor.

Sedangkan Muhammad Bakir, menulis lebih banyak tentang hikayat, gaya penulisan lebih banyak ke gaya percakapan betawi kuno, serta memiliki tanda tangan penulisan yang memiliki cirri khas, sebagaimana terdapat juga pada batu nisan beliau yang terdapat pada makam di depan Langgar Tinggi sebelum kemudian dibongkar untuk perluasan mesjid.

Nisan dari makam Muhammad Bakir

Pada prakata di dalam buku Hikayat Nakhoda Asyik dan Hikayat Merpati Mas, terbitan Masup, Jakarta disebutkan asal usul Cit Safirn kurang jelas, karena nama Fadli yang seperti nama Arab tetapi bukan orang Arab, kiranya dapat menjadi jelas, karena R. Fadli sebagaimana awal tulisan di atas adalah asli suku jawa yang berasal dari kalangan/kerabat Keraton Mataram.

Selain itu berkembang juga rumor di luaran yang sulit pembuktiannya karena tidak ada ceritera yang tertulis, bahwa Haji Naipin di Kemayoran (guru si Pitung) belajar mengenai igama dan torekat kepada Guru Tjit Sjafirin di Langgar Tinggi, Pecenongan.

Adapun Mualim Shohibi banyak menulis mengenai pelajaran Igama yang hingga kini masih diikuti oleh santri santri di Ar-Rohman, seperti misalnya Nushatul Haq (Nasihat yang Hak) dan Hidayatul Anam (Petunjuk Keimanan) serta beberapa buku Tauhid lainnya, seperti Asasul Uluhiyah. Ditulis juga dengan menggunakan arab gundul, namun gaya bahasa sudah cenderung kedalam Bahasa Indonesia sekarang dan sedikit menggunakan bahasa betawi kuno dan belanda. Ciri khas beliau di dalam menulis adalah membahasakan dirinya sebagai ki Dalang Kelitik.

Selain buku buku di atas juga beliau menulis khotbah Jumat dan Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha yang berjumlah lebih dari 500 buku khotbah, sangat produktif bukan. Khotbah ini sampai sekarang masih tetap di bacakan di Langgar Tinggi pada hari Jumat dan Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha. Apabila seluruh buku telah selesai dibaca, kemudian akan diulang kembali dari buku khotbah no. 1.

Beliau tinggal Gg. Kingkit XI no. 9 sedangkan Mesjid Ar-Rohman (Langgar Tinggi) terletak di Gg. Kingkit IX no. 11, hal mana bagi kami merupakan symbol dari ke Tuhanan yang bersifat Al-Istigna (maha kaya) 11 dan Al-Fakir (Papa) 9.

Walaupun kami tidak memiliki buku aslinya tulisan beliau, namun kami memiliki beberapa salinan buku tersebut yang umumnya hasil salinan dari guru kami tercinta, almarhum Bapak Ustadz Arnadi Mukti semasa hidupnya beliau.

Tulisan ini adalah sekedar sejarah yang saya ketahui selaku saksi sejarah sejak kepengurusan Mesjid ditangani oleh Bpk. H. Abd. Hamid dan perguruan dipegang oleh Bpk. Guru Mustadjab.  Tulisan ini dapat tersusun dengan bantuan salah satu keturunan Muhammad  Bakir yang masih ada yang merupakan salah satu murid Ar Rohman yang belajar pada Bp. Ustadz Arnadi Mukti di Pondok Jaya. Mudah mudahan tulisan ini dapat terpelihara dan berguna bagi pewaris perguruan Ar Rahman dalam ukhuwah 208 Langgar Tinggi Pecenongan dimana saja, akhir kata mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar besarnya apabila ada kesalahan yang dibuat baik disengaja maupun tidak disengaja.

Gunung kelir aling aling, Ngawuwung wayang, Wayangi sirika maya, Dalangi Sukma jati, Sisa Dalang Sukma raga

Salam,

22 komentar:

Mirza Ratriadi mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb.

Saya juga belajar dan sempat mengetik ulang tulisan Mualim Shohibi di tempat pengajian saya di Kp. Makasar, Jaktim. Tidak menyangka ternyata nama beliau ada juga yang menuliskan di sebuah blog.

Anonim mengatakan...

Insya Allah barang siapa yang mengikuti tuntunan Allah dan RasulNya 100% tanpa terkecuali akan dimasukkan dalam golongan hamba yg ber-Iman.
Ada satu syare'at yg diajarkan Mualim Sohobi sebelum mempelajari Islam yg sebenarnya...yaitu ber-bai'at (Masuk Islam). Satu syare'at yg dimansyuhkan oleh banyak ulama2 modern saat ini.
Semoga ajaran beliau dapat dipegang teguh oleh para santrinya dari Majlis ArRahman.

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum

Kebetulan kakek dan Bapak Saya adalah salah satu anak murid Guru Mualim Shohibi bin Sanhir bin Sjafiun bin Usman bin Fadli, ketika saya perlihatkan tulisan ini Bapak saya langsung cerita tentang Beliau.

Dan di tengah pembincangan kami, tanpa diundang dan di minta Guru Mualim Shohibi bin Sanhir bin Sjafiun bin Usman bin Fadli datang dalam wujud wewangian daun pandan. Sontak Bapak saya menangis tersedu dan mengucapkan salam serta kirim Al Fatihah untuk Beliau.

Subhanallah, percaya atau tidak. Mungkin itu salah satu tanda bahwa beliau memang salah satu guru besar Agama dalam masanya

Unknown mengatakan...

Subhanallah...terima kasih utk mengingat engkong Shohibi

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum... Mohon maaf sebelumnya sy Erwin tinggal di daerah Manggarai.. sy tau nama besar eyang Mualim sohibi dari ayah angkat.. tetapi smp sekarang sy blm tau tempat beliau dimana..kl boleh sy tau dimanakah makam beliau dan rumah tempat beliau dulu tinggal terima kasih sebelumnya..

Mirza Ratriadi mengatakan...

Walaikumussalaam mas Ezaa, pak mualim Shohibi dulu tinggal di kampung Pecenongan, Gang Kingkit nomor 9. Di depan gang masuknya ada gapura kecil bertuliskan Masjid Arrahman. Saya pernah ke sana 12 tahun yang lalu. Tapi saya tidak tahu di mana beliau dimakamkan.

Koordinat gang masuk di google maps : -6.165081, 106.829261

Unknown mengatakan...

Asalamualaikum
Semoga bpk/i/sdr/i senantiasa istiqomah......
Alhamdulillah para guru besar ada di dalam blog...
Mualim sohibi di makam kan di tpu kebon kelapa blok hkusus dekat pos jaga/pintu masuk utama tpu

Darussalam mengatakan...

Subhanallah datang aja ke alamat tersebut

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah in syaa Allah sy akan hadir ke masjid ar rohman dan bisa mengunjungi makan beliau di pondok kelapa

Unknown mengatakan...

Terima kasih pa mirza ratriadi

Unknown mengatakan...

In sya Allah pa Darussalam saya hadir...

Unknown mengatakan...

Isi sejarah ini masih perlu diklarifikasi, kredebilitas penulis masih dipertanyakan, meski tlah berani mngaku *pelaku sejarah di Arrahman*. Masih banyak pelajar2 di Arrahman yg ktedible, tapi gak pernah mengaku mndeklair sbg pelaku sejarah. Saran, agr pembaca msih perlu mncari kebenaran sejarah Arrahman. Hamdan.

Anonim mengatakan...

Dulu petnah berkeluh-kesah, mengapa Allah ta'ala tdk perjalankan sy menuntut Ilmu saat Pak Guru Mustajab masih ada..., tapi sekarang sy tahu semua itu semata2 kasih sayang Allah ta'ala kpd saya... Alhamdulillah.

Pak Mustajab, Ama Sohibi, Eyang Santri... neda redhona iyeu murid culangung seueur kahoyong. Sembah pangabaktos

Anonim mengatakan...

sy dikenalkan pelajaran beliau ama shohibi dari teman sekampung sy di brebes.... sy pernah berkunjung ke rumah alm. engkong rohmat bersm teman sy... beliau adalah murid dr ama shohibi yg rumahnya dekat masjid arahman..dan sy merasa bersyukur telah berjumpa dg beliau ..... mudah2 sy bisa beribadah di mesjid arahman ...

Anonim mengatakan...

Salam dari kalimantan tengah...alhamdulillah pelajaran beliau sampai di kalimantan..

Anonim mengatakan...

Yang punya buku Mualim soheby ane pingin kenal

Anonim mengatakan...

Siapa nama kakeknya mas?

Anonim mengatakan...

Mohon yg memang pernah belajar dan ingin menjalin komunikasi dan berbagi cerita serta pengetahuan..ini IG saya...@geryrahman88. Inbox aja...yaa

Sandhi bin dadang amri mengatakan...

Nama kakek saya anwar wahid dan bapak saya namanya dadang amri

Anonim mengatakan...

Penulis ini sudah berpulang .. semoga Allah SWT Ridha dan Memberkahi Beliau Dunia Akhirat
{Murid Beliau dari Cipinang}

Anonim mengatakan...

Makam Beliau ada di TPU Pondok Kelapa Jakarta Timur, Posisi paling depan sebelah Kanan setelah Gerbang Utama

Anonim mengatakan...

Tidak terlalu penting mengenai Kredibilitas Penulis, Faktanya Tulisan ini mengandung Kebaikan² dan Kesungguhan para Wali² Allah yang ditulis dalam mempertahankan, menyebarkan dan melestarikan Kebenaran Igama Allah, sangat² bermanfaat dan membantu menyemangati para generasi Penerus dan membantu para pencari kebenaran dimanapun berada yang ingin mengetahui dan mempelajari disiplin Ilmu Pengetahuan dari Para Guru² /Wali² Allah yang tertulis